Wednesday, December 10, 2008

Pemerintah Turunkan Harga Bensin dan Solar

JAKARTA - Parlemen mendukung rencana pemerintah menurunkan harga bensin dan solar awal Januari mendatang. DPR bahkan berjanji meluluskan bila pemerintah berniat mengembalikan harga BBM bersubsidi ke level sebelum dinaikkan 27,5 persen pada 24 Mei lalu.

"Syaratnya, harga minyak mentah tetap di bawah level USD 40 per barel," ujar Wakil Ketua Panitia Anggaran (Panggar) DPR Suharso Monoarfa dalam diskusi PPP Mendengar di Jakarta kemarin (9/12).

Wakil Ketua Komisi XI DPR itu menilai, harga minyak mentah dunia memberi ruang bagi pemerintah dan parlemen untuk menurunkan harga BBM bersubsidi. Karena itu, bila pemerintah mengusulkan, DPR akan menyetujui penurunan harga premium menjadi Rp 5.000 per liter dan solar Rp 4.300 per liter. "Kalau perlu premium diturunkan menjadi Rp 4.500 per liter," katanya.

Dari sisi anggaran, kata Suharso, penetapan harga premium Rp 4.500 per liter dan solar Rp 4.300 per liter tidak masalah. Dengan asumsi kurs Rp 11 ribu per USD dan harga minyak mentah USD 40 per barel, total subsidi yang ditanggung pemerintah hanya sekitar Rp 26 triliun. Bahkan, bila harga premium hanya turun ke level Rp 5.000 per liter, beban subsidi BBM di APBN 2009 hanya berkisar Rp 5 triliun. "Padahal, alokasi subsidi BBM di APBN 2009 mencapai Rp 57 triliun," papar sekretaris Fraksi PPP DPR itu.

Dengan penghematan alokasi subsidi BBM Rp 52 triliun tersebut, Suharso menilai pemerintah tidak perlu pusing menambal defisit anggaran yang diperkirakan meningkat dari 1,2 persen menjadi dua persen.

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Paskah Suzetta sebelumnya menilai desakan agar pemerintah mengembalikan harga BBM ke level sebelum dinaikkan Mei lalu mustahil dilakukan. Soalnya, beban APBN 2009 meningkat karena anggaran program bantuan langsung tunai Rp 6,06 triliun dan anggaran penyelenggaraan pemilu Rp 9 triliun.

Secara terpisah, Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Ekonomi dan Moneter Bambang Soelistyo menilai stimulus penurunan harga BBM bersubsidi akan mempercepat penyehatan perekonomian. Apalagi, bila penurunan harga BBM ditindaklanjuti penurunan tarif transportasi dan harga barang-barang konsumsi. "Biaya distribusi akan turun 20-25 persen, dan harga barang bisa turun 10-15 persen. Akibatnya, daya beli meningkat, konsumsi terdongkrak, pertumbuhan ekonomi meningkat," katanya.

Dengan penguatan konsumsi dan daya beli masyarakat, kata Bambang, produsen juga akan meningkatkan produksi sehingga ancaman PHK bisa dikurangi. "Bahkan, bukan tidak mungkin tercipta lapangan pekerjaan baru," katanya.

Sementara itu, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selaku departemen teknis yang menggodok berapa besar kemungkinan penurunan harga bensin dan solar pada Januari nanti, hingga kini belum memiliki gambaran kisaran angkanya.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pihaknya masih akan mencermati perkembangan harga minyak dunia.

''Selain itu, untuk memutuskannya, kami harus bertemu dulu dengan Menkeu,'' ujarnya kemarin (9/12).

Menurut Purnomo, apa yang menjadi keputusan sidang OPEC pada pertengahan bulan ini bakal menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk memperkirakan rata-rata harga minyak dunia sepanjang bulan ini dan beberapa bulan ke depan. Maksudnya, jika nanti OPEC kembali memangkas produksi dalam jumlah signifikan, hal tersebut berpotensi mendorong harga minyak dunia kembali naik. ''Keputusan OPEC akan menjadi referensi saja,'' katanya.

Dirjen Migas Evita H. Legowo menambahkan, pihaknya masih kesulitan menentukan harga jual yang ideal untuk bensin dan solar pada Januari nanti. Hal itu disebabkan harga high octane mogas component (bahan baku premium sebelum diolah di kilang) di pasaran internasional lebih tinggi daripada harga patokan minyak mentah Indonesia (Indonesia crude prices/ICP). ''Ini menyulitkan penghitungan. Karena itu, kami cermati dulu harga minyak hingga ke depan,'' ujarnya.

Pertamax Turun

Pertamina memberi hadiah spesial bagi masyarakat yang biasa mengonsumsi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis pertamax, pertamax plus, Pertamina dex, dan bio pertamax. Bertepatan dengan ulang tahun (ultah) ke-51 yang jatuh pada 10 Desember, mulai hari ini Pertamina menurunkan harga BBM nonsubsidi untuk sektor transportasi tersebut.

''Perubahan harga itu dilakukan di semua unit pemasaran,'' ujar VP Komunikasi PT Pertamina Anang R. Noor melalui siaran pers tadi malam (9/12).

Sebelumnya, Pertamina memang selalu menyesuaikan harga BBM nonsubsidi setiap awal dan pertengahan bulan. Dengan penyesuaian kali ini, mulai hari ini harga BBM nonsubsidi rata-rata turun Rp 300 per liter.

Untuk BBM jenis pertamax, harga di Unit Pemasaran (UPms) III Wilayah Jakarta dan sekitarnya turun dari Rp 6.800 menjadi Rp 6.500 per liter. Untuk wilayah UPms V Jatim, harga turun dari Rp 6.900 menjadi Rp 6.600 per liter.

Sementara itu, harga baru di beberapa tempat lain, UPms I (Rp 6.800/liter), UPms II (Rp 6.800/liter), UPms IV (Rp 6.600/liter), Bali (Rp 6.700/liter), UPms VI (Rp 6.700/liter), dan UPms VII (Rp 6.800/liter).

Untuk BBM jenis pertamax plus, harga di UPms III turun dari Rp 7.100 menjadi Rp 6.800 per liter dan harga di UPms V turun dari Rp 7.250 menjadi Rp 6.950 per liter. Di UPms I, harganya menjadi Rp 6.950 per liter dan di UPms VI menjadi Rp 7.000 per liter.

Harga BBM jenis Pertamina dex (solar) di UPms III turun dari Rp 8.100 menjadi Rp 8.000 per liter. Namun, harga di UPms V tidak mengalami penyesuaian, yakni tetap Rp 8.100 per liter.

Untuk biofuel jenis bio pertamax, harga di UPms III turun dari Rp 6.800 menjadi Rp 6.500 per liter dan di UPms V turun dari Rp 6.900 menjadi Rp 6.600 per liter. (noe/owi/kim)
copy:jawapos

No comments:

kilas-berita © 2008 Template by:
SkinCorner